Aku sering menghabiskan waktuku sebelum tidur untuk memikirkan masa depan, tapi dengan usia setua ini, pikiranku sering terbang ke masa lalu. Dan aku memikirkan semua yang telah kami capai. Dengan gembira aku melayangkan pikiran pada kenyataan-kenyataan yang memuaskan, seperti harapan hidup orang Indonesia. Sekarang angka itu 55 tahun. Di zaman Belanda 35 tahun. Pada waktu sekarang jumlah dokter sudah mencapai angka 5000, ahli farmasi 500. Dan terdapat 4000 buah balai kesejahteraan ibu dan anak, yang sebelum ini tidak ada sama sekali. Sekarang 70 juta rakyat Indonesia bebas dari penyakit malaria, sedangkan dulu tiap tahunnya 30 juta harus menderita. Kami sekarang menghasilkan kina sebanyak 90 persen dari produksi dunia, yang berarti 20 persen melebihi produksi tahun 1950; semen, minyak kelapa sawit, pupuk, karet, dan minyak bumi, semua ini pun menunjukkan peningkatan sejak kemerdekaan. Produksi makanan bertambah dua kali lipat dan kami telah menghentikan impor ikan, dan ada keuntungan yang tetap dalam ekspor kayu dan hasil hutan. Tambahan lagi, seluruh kemajuan kami dalam ketrampilan kerja nampak luar biasa. Di zaman kolonial, seluruh perusahaan antar-pulau dikuasai Belanda. Sekarang kami mengembangkan armada dagang sendiri. Semua perkebunan seperti tembakau, teh, dan tebu ditambah lagi dengan perusahaan-perusahaan kopra dan bahan-bahan rempah yang dulunya 100 persen dikuasai Belanda, sekarang dijalankan sendiri oleh bangsa Indonesia.Di bidang militer, angkatan bersenjata kami adalah yang terbesaru di Asia Tenggara. Kemajuan di bidang pendidikan kami menduduki nomor satu. Perhatikan sekolah-sekolah menengah kami. Pada awalnya kami cuma memiliki 32 buah. Tapi kini berjumlah 2000. Ini menunjukkan kemajuan yang 60 kali lipat. Program kami sedemikian maju, sehingga menjadi contoh bagi negara-negara Asia lainnya. Di bidang sosial kamipun telah melangkah dengan pesat. Dengan emansipasi kaum perempuan, kami tidak hanya membanggakan tampilnya para menteri perempuan, melainkan juga lebih dari 100 hakim perempuan. Di samping itu ada juga program mendidik dari rumah ke rumah jutaan rakyat kampung mengenai cara membuat tungku sehingga asapnya keluar dan tidak mengumpul di dalam rumah yang menyebabkan kerusakan mata; bagaimana cara membuat kakus sehingga rakyat kampung yang sederhana pun belajar mengenai sanitasi; dan bagaimana membuat pondok bambu pakai jendela sehingga cahaya dan udara bersih dan kesehatan mengaliri hidup masyarakat. Tapi yang lebih membanggakan adalah kenyataan ketika India sekarang sedang berjuang untuk satu bahasa persatuan dan Tiongkok belum memiliki bahasa persatuan, rakyat Indonesia yang tersebar di 10.000 pulau, semua berbicara dalam bahasa Indonesia.

Your Comment Comment Head Icon

Login