Demokrasi Indonesia, yang banyak disalahpahami di luar negeri kami, didasarkan pada prinsip mufakat, bukan pada jumlah suara. Kami tidak lagi memakai sistem demokrasi Barat ini yang didasarkan atas suara terbanyak, dimana 51 persen suara berhak untuk menang sementara yang 49 persen menggerutu. Sebagaimana yang telah kami alami dengan 40 partai politik, golongan yang tidak puas membalas dengan menghantam lawannya. Ini adalah jalan yang baik bagi suatu bangsa yang masih muda ubtuk menghadapi perkembangannya sendiri.Untuk mempertahankan prinsip-prinsip demokrasi Indonesi di atas mana Undang-Undang Dasar '45 disusun, aku menyarankan musyawarah untuk mufakat, suatu modus operandi yang asli dari suku-suku bangsa Indonesia. Selama beribu-ribu tahun para kepala desa dari Kepulauan Indonesia menjalankan pemerintahan dengan duduk bersama di sebuah dewan, dimana setiap suku itu mengajukan masalahnya melalui alasan-alasan yang menyakinkan. Setelah itu, salah seorang akan berkata, "Alasan saudara memang baik, tetapi aku tetap berfikir lebih baik begini." Yang lain berkata "Saya tidak sepenuhnya setuju, tapi memang ada beberapa hal yang baik dari pendapat Saudara itu." Musyawarah selanjutnya mengambil dari sini dan sana, itulah akhirnya yang disebut mufakat. Singkat kata, setiap orang menyumbangkan suatu pemikiran.Dalam Demokrasi Terpimpin yang menjadi unsur kunci adalah kepemimpinan. Setelah mendengarkan pandangan umum dan pandangan yang menentang, pemimpun rapat menyimpulkan pokok-pokok yang dibahas menjadi satu keputusan yang disetujui setiap pihak. Tidak ada pihak yang menang secara mutlak dengan menyingkirkan pihak lain. Hanya kepemimpjnan yang kuat yang mampu memadukan keputusan terakhir, kalau tidak demikian sistem ini tidak akan berjalan.Sang Pemimpin, apakah dia seorang kepala desa, apakah dia Bung Karno, ataukah dia seorang menteri yang berwibawa, menggabungkan sejumlah pendapat si anu, ditambah sedikit pendapat si polan, dengan selalu memperhatikan untuk menggabungkan berbagai pendapat yang berlawanan. Kemudian dia menyajikan hasil terakhirnya dan berkata, "Baiklah, Saudara-saudara, beginilah jadinya dan saya harap saudara semua setuju..." Ini tetap demokratis, karena setiap orang memberikan pendapatnya. Mengatakan hal ini sebagai sistem komunistis, jelas sangat menggelikan.

Your Comment Comment Head Icon

Login